Perjalanan Ferry Unardi CEO Traveloka


Nama : Ferry Unardi
Usia : 32 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Padang 16 Januari 1988.
Riwayat Pendidikan: Sekolah Bisnis Harvard (2011–2012), Universitas Purdue (2004–2008), SMA Don Bosco Padang
Organisasi Yang didirikan: Traveloka.

Apakah Kalian pernah mendengar pebisnis muda, Ferry Unardi? Mungkin namanya tidak setenar dengan nama perusahaannya: Traveloka.com. Ternyata Ferry Unardi saat membesarkan traveloka, melalui jalan yang cukup berat. Bagaimana kisah sukses Ferry Unardi sang CEO Traveloka?

Awal Kisah Ferry Unardi

 Ferry Unardi lahir pada 16 Januari 1988 di kota Padang. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah, Ferry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Universitas. Tak tanggung-tanggung, Ia memilih kuliah di Purdue University jurusan Computer Science dan EngineeringFerry Unardi merupakan seorang pengusaha Indonesia yang juga merupakan pendiri situs web Traveloka. Ferry cukup berani memulai debutnya di industri e-ticketing pada usia 23 tahun atau pada 2012 silam. Setelah menyelesaikan pendidikan S1, Beliau memutuskan untuk bekerja di Microsoft, Seattle. Beliau bekerja sebagai seorang software engineer. Setelah 3 tahun bekerja, Ferry berpikir bahwa dirinya sulit menjadi terbaik di Microsoft. Pemikiran tersebut wajar untuk seorang karyawan, karena karyawan akan memikirkan karir. Karena Ferry merasa suntuk dengan pekerjaannya, Beliau mencoba terbang ke China untuk mencari pemikiran baru. Hasil pemikirannya adalah industri travel dan penerbangan.
 Sebagai seorang insinyur (software engineer), Ferry Unardi merasa tidak terlalu percaya diri memulai bisnis startup. Beliau berpikir logis dan memustuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 Bisnis di Harvard University. Jalan 1 semester di Harvard University, Ferry Unardi tertarik untuk mengembangkan perusahaan rintisan (startup). Beliau memilih stratup di bidang mesin pencari tiket pesawat. Ferry, merasa kesulitan saat memesan tiket Amerika – Indonesia. Berawal dari solusi untuk memecahkan permasalahannya sendiri, Ferry mengembangkan sebuah mesin pencari tiket pesawat dengan teknologi yang lebih modern, fleksibel dan praktis.

Berdirinya Traveloka.com

Tepat saat Ferry berusia 23 tahun, Beliau memutuskan untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Ferry melihat pada waktu itu, Startup di bidang reservasi tiket, adalah startup yang masih booming dan menjadi trend. Banyak investor berlomba-lomba untuk masuk ke industri startup reservasi tiket. Ferry berpikir bakal ketinggalan gerbong, jika tidak segera memulainya. Konsep bisnis Traveloka pada tahun 2012 adalah situs pencari dan pembanding tiket pesawat. Traveloka didirikan oleh tiga orang bersahabat: Derianto Kusuma, Ferry Unardi, Albert. Singkat cerita, Ferry meilhat bahwa orang-orang tidak hanya ingin mencari tiket yang murah, tetapi juga ingin memesan langsung tiket. Tepat pada pertengahan tahun 2013, Traveloka berubah menjadi situs reservasi (pemesanan) tiket pesawat.
 Banyak hal yang harus dipelajari oleh Ferry saat mengawali Traveloka. Tantangan terberat adalah bagaimana cara mengelola tim yang awalnya berjumlah 8 orang menjadi belasan, puluhan bahkan ratusan orang. Banyak hal yang harus dilakukan sebagai perusahaan baru, termasuk membentuk budaya perusahaan dan membangun manajemen yang solid.
Selain itu permasalahan juga hadir, karena banyak maskapai penerbangan yang tidak bersedia bekerjasama dengan Traveloka. Ferry berusaha meyakinkan perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan dan juga memperbaiki sistem layanan pelanggan (customer service). Sejauh ini Traveloka sudah mendapatkan pendanaan dari beberapa perusahaan modal ventura (venture capital). Pendanaan pertama berasal dari East Ventures pada tahun 2012 dan Global Founders Capital pada tahun 2013.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kisah suskes Ferry Unardi. Setidaknya kita dapat mempelajari:
  1. Semangat pantang menyerah dan kerja keras. Ternyata tidak mudah membuat perusahaan startup, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi mulai dari manajemen, pendanaan, menjalin partnership dan lain sebagainya.
  2. Sosok Ferry Unardi dan kawan-kawan, mengajarkan kepada kita bahwa setiap pebisnis harus memiliki insting. Tahu kapan waktu yang pas untuk masuk dalam bisnis tersebut, tahu apa yang dibutuhkan oleh customer. Ferry dan kawan-kawan mengubah model bisnis yang awalnya hanya mesih pencari tiket menjadi situs reservasi tiket.
  3. Terakhir dan paling penting: Kita harus melayani pembeli dan memberikan yang terbaik untuk pembeli. Dari situ, pembeli diharapkan akan membeli kembali layanan kita.

Komentar